0

Dajjal : Hadith-Hadith Yang Mutawatir

gambar hiasan semata-mata
Bismillah..
Di sini ana ingin kongsikan sebuah artikel yang telah ditulis oleh seseorang berkenaan siapakah Al-Masih Ad-Dajjal. Penambahbaikan telah di buat, dan semoga pembaca mendapat manfaat daripada tulisan ini.

CIRI-CIRI AL-MASIH AL-DAJJAL

1 - Dajjal Buta sebelah Matanya

Diriwayatkan dari Ibnu Umar رضي الله عنهما bahwasannya Rasulullah صلى الله عليه وسلم menyebutkan perihal Dajjal ditengah-tengah manusia seraya berkata:

إن الله لايخفى عليكم إن الله ليس بأعور ألا وإن المسيح الدجال أعور العين كأن عينه عنبة طافية
"...Sesungguhnya Allah ta’ala tidak Buta.Ketauhilah bahwa al-Masih ad Dajjal buta sebelah kanannya.seakan-akan sebuah anggur yang busuk.."
(HR. Bukhari)

2 - Dajjal adalah Pemuda Keriting

Dari an-Nawwas bin Sam’an رضي الله عنه berkata Rasulullah صلى الله عليه وسلم ketika menyifati Dajjal :

إنه شاب قطط عينه طافية كأني أشبهه بعبد العزى بنقطن
"...dia adalah seorang pemuda keriting,matanya rusak,seperti aku melihat mirip dengan abdul ‘Uzza ibnul Qathn..."
(HR.Muslim)

3 - Dajjal adalah laki-laki pendek :

Diriwayatkan daru Ubadah bin Shamit رضي الله عنه, berkata Rasullah صلى الله عليه وسلم :

إن مسيح الدجال رجل قصير جعد أعور مطموس العين ليس بنا تئة ولا حجرا فإن ألبس عليكم فاع لموا أن ربكم ليس بأعور
"...Sesungguhnya Dajjal adalah seorang laki-laki yang pendek, afja’ (pengkor), keriting,buta matanya sebelah tidak timbul tidak pula berlubang. Kalau ia membuat kalian ragu-ragu, ketauhilah bahawa Rabb kalian tidak buta..."
(HR. Daud; dan disahihkan oleh al-Bani dalam shahi al-Jami’u ash-Shagir, Hadits no.2455)

Afja’ dalam hadits di atas adalah seorang yang kalau berjalan meregangkan antara dua kakinya seperti seorang yang selesai dikhitankan. Dan ini adalah salah satu aib dajjal juga, demikian dikatakan dalam Aunul Ma’bud Syarh Abu Dawud, Hal.298)

4 - Dajjal Lebar lehernya dan Bongkok

Dari Abu Hurairah رضي الله عنه,bersabda Rasulullah صلى الله عليه وسلم :

وأما مسيح الصلالة فإنه أعور العين أجلى الجبهة عريض النحر فيه دفأ كأنه قطن بن عبد العزى
"...Adapun penebar kesesatan (Dajjal), maka dia buta matanya sebelah, lebar jidatnya, luas lehernya dan agak bongkok mirip dengan Qathn Ibnu Abdil Uzza..."
(HR.Ahmad dalam Musnad-nya ; Berkata Ahmad Syakir : “isnadnya sahih” dan dihasankan oleh Ibnu Katsir)

5 - Memiliki “Surga” dan “Neraka” :

Dari Huzaifah رضي الله عنه bersabda Rasulullah صلى الله عليه وسلم :

الدجال أعور العين اليسري جفال الشعر معه جنة و جنته نار
"..Dajjal matanya buta sebelah,cacat mata kirinya, tebal rambutnya, dia memiliki syurga dan neraka. Syurganya adalah neraka Allah, dan nerakanya adalah syurga Allah..."
(HR.Muslim)

6 - Diantara Kedua mata Dajjal tertulis KAFIR :

Dari Annas رضي الله عنه, berkata Rasulullah صلى الله عليه وسلم :

…ألا إنه أعور وإن ربكم ليس بأعور وإن بين عينيه مكتب كافر فيه
"…Ketahuilah sesungguhnya dia (Dajjal) buta sebelah sedangkan Rabb kalian tidak buta.Dan sesungguhnya diantara kedua matanya tertulis KAFIR..."
(HR.Bukhari)

Dalam riwayat lain disebutkan :

ثم تهجاها (ك ف ر) يقروه كل مسلم
"…Kemudian mengejanya (Kaf , Fa , Ra) semua Muslim dapat membacanya..."
(HR.Muslim dalam shahihnya kitab Fitan (18/59-SyarhImam Nawawi)

Dalam riwayat lain dari Hudzaifah رضي الله عنه dikatakan :

يقرؤه كل مؤمن كاتب وغير كتب
"…Setiap Mukmin dapat membacanya, apakah dia bisa tulis atau pun buta huruf..."
(HR.Muslim)

PERINGATAN PARA NABI TENTANG DAJJAL :

Dari Annas رضي الله عنه, berkata Rasulullah صلى الله عليه وسلم :

ما عث نبي إلا أنذر أته الأعور الكذاب ألا إنهأعور و إن ربكم ليس بأعور وإن بين عينيه مكتوب كلفر فيه
"....Tidaklah diutus seorang nabi pun, kecuali memperingatkan umatnya dari bahaya si buta, sang pendusta.ketauhilah sesungguhnya dia buta sebelah sedangkan Rabb kalian tidak buta.Dan sesungguhnya diantara kedua matanya tertulis KAFIR.Dajjal besar badannya..."
(HR.Bukhari)

Dari Imran bin Husain Radiyallahu anhu, beliau mendengar Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda :

ما بين خلق آدم إلي فيام السا عة خلق أكبر من الد جال
“...tidak ada saru makhluk pun sejak Adam sampai hari kiamat yang lebih besar dari Dajjal..."
(HR. Muslim)

DAJJAL TIDAK MEMILIKI KETURUNAN :

Dari Abu Sa’id Al-Khudry رضي الله عنه, ia ditanya ;

ألست سمعت رسوالله صلي الله عليه وسلم يقول إنه لا يو لد له قل قلت بلى
"...Bukankah engkau telah mendengar Rasulullah berkata ; Sesungguhnya dia (dajjal) tidak mempunyai keturunan.” (Abu Sa’id) menjwab : “ya”.
(HR. Muslim)

TEMPAT MUNCULNYA AD-DAJJAL :

Diriwayatkan dari Abu Bakar Ash Siddiq رضي الله عنه, Rasulullah صلى الله عليه وسلم menyampaikan kepada kami :

الدجال يخرج من أرض بالمشرق يقال له خوراسان
"..Dajjal akan keluar dari bumi belahan timur yang disebut khurasan..."
(HR.Tirmidzi;dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih Jami’ ash Shaghir (3/150)

Diriwayatkan dari Annas bin Malik رضي الله عنه ia berkata : Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda

يجرج الدجال من يهودية أصبها ن معه سبعون ألفا اليهود

"...Dajjal akan keluar dari daerah Yahudi Asfahan(Iran) bersamanya 70,000 orang dari kalangan Yahudi..
"
(HR. Ahmad)

Berkata Ibnu Hajar Asqalani :
“..Adapun tentang dari mana munculnya Dajjal maka ini sangat jelas yaitu dari arah Mashrik.”
(Fathu Bary (13/91)

Berkata Ibnu Katsir :
“..awal munculnya Dajjal dari Ashbahan, dari desa yang disebut dengan desa Yahudi (al Yahudi-yah).”
(An-Nihayah/al-Fitan wal malahin (1/128)

DAJJAL TIDAK AKAN DAPAT MASUK KE MAKKAH DAN MADINAH :

Allah SWT telah mengharamkan Dajjal masuk Mekah dan Madinah. Sesunggunya dia menjelajahi segala negeri kecuali keduanya.

Dirwayatkan dari Fatimah binti Qais Radhiyallahu anha, bahawa Rasulullah صلى الله عليه وسلم menceritakan tentang kisah Tamim ad-Daari tersebut dan pengalamannya di tengah lautan ketika bertemu dengan sesosok makhluk yang terbelenggu. Rasulullah صلى الله عليه وسلم membenarkan kisah Tami ad-Daari tersebut adalah Dajjal yang akan keluar di akhir Zaman.maka para Ulama menerima riwayat tersebut dari pembenaran Rasulullah صلى الله عليه وسلم .

Didalam kisah tersebut disebutkan bahawa Dajjal berkata :
“…maka aku akan keluar dan mengelilingi dunia.tidak ada satupun Daerah kecuali aku masuki dalam waktu 40 malam,kecuali Makkah dan Thayibah karena keduanya diharamkan atasku. Setiap aku akan memasuki salah satunya, maka akau di halangi oleh malaikat-malaikat yang ditangan-tangan mereka tergenggam pedang-pedang yang terhunus menghalauku dari keduanya…” maka Rasulullah صلى الله عليه وسلم mengatakansambil menunjuk dengan tingkat ketanah:

هذه طيبة هذه طيبة هذهطيبة يغني المدينة ألا هل كنت حدثتكم ذلك؟ فقال الناس نعم فإنه أعجبني حديث تميم أنه وافق الذي كنت أحدثكم عنه وعن المدينة ومكة ألا إنه في بحر الشامأو بحر اليمن لابل من قبل المشرق ما هو من قبل المشرق ما هو من قبل المشرق ما هو وأومأ بيده إلى المشرق
“...inilah yang di maksud Thoyibah, inilah yang dimaksud yakni al Madinah. Bukankah aku pernah mengatakannya kepada kalian?” maka manusia menjawab : Ya. Rasulullah صلى الله عليه وسلم berkata: “Sungguh sangat mengagumkan aku berita dari Tamim ad-Daari ini,sesungguhnya ia cocok dengan apa yang telah aku sampaikan kepada kalian tentang Madinah dan Makkah. Ketauhilah sesungguhnya dia (Dajjal) ada di laut Syam atau dilaut Yaman.Tidak, Bahkan di arah Mashrik (Timur),bahkan diarah Mashrik(Timur) sambil mengisyaratkan dengan tangannya kearah Mashrik (Timur)..."
(HR. Muslim dalam Shahih Muslim/Kitabul Fitan wa Asyrathu as-Sa’ah bab qishatul jassaasah,juz 18/83 dengan syarh Nawawi).

PARA PENGIKUT AD-DAJJAL :

Diriwayatkan dari Annas bin Malik رضي الله عنه : SesungguhnyaRasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

أن رسوالله صلى الله عليه وسلم قل يتبع الدجال من يهود أصبهان سبعون ألقا عليهم الطيالسة
“...akan mengikuti Dajjal orang-orang dari kalangan Yahudi Asfahan 70,000 orang yang dipimpin oleh thayalisah.."
(HR.Muslim)

Dalam riwayat lain Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

ينزل الدجال في هذه السخة بمرقناة فيكن أكثر من يخرج إليه النساء حتى إن الرجل ليرجع إلى حميمه وإلى أمه وابنته وأخته وعمته فيو ثقها ربا طا مخافة أن تخر ج إليه
"...Dajjal akan turun dari daerah dataran bergaram yang bernama Marriqanah. Maka yang banyak mengikutinya adalah para wanita, sampai seorang lelaki-lelaki pulang ke rumahnya menemui isterinya, ibu dan anak perempuan serta saudara perempuan dan bibinya kemudian mereka ikat kerana khawatir kalau-kalau (bimbang mereka) keluar menemui Dajjal dan mengikutinya..."
(HR. Ahmad(7/190) dan dishahihkan oleh Ahmad syakir).

BERLINDUNG DARIPADA FITNAH AD-DAJJAL :

Oleh kerana itu Rasulullah صلى الله عليه وسلم mengajarkan kepada kita untuk berlindung kepada Allah dari bahaya fitnah Dajjal khususnya di akhir solat setelah tasyahud sebagai berikut :

اللهم إني أعو ذبك من عذاب جحنم ومن عذاب القبر ومن فتنة المحيا والممات ومن فتنة المسيح الدجال
".
.Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-MU dari adzab neraka Jahannam,dariadzab kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian dan dari kejahatan fitnah al masih ad-Dajjal..."
(HR.Muslim)

Sekian, semoga bermanfaat...
Read more
0

Undangan Ke Majlis Walimah Saya


peta rumah pengantin lelaki


peta rumah pengantin perempuan




Bismillah Ar-Rahman Ar-Rahim..

Dengan berbesar hatinya kami menjemput tuan / puan / saudara / saudari untuk ke
Majlis Walimah Al-'Urs kami di :

Pihak Perempuan :
Aturcara Majlis:
12.00 pm - Ketibaan Rombongan Pengantin Lelaki
12.15 pm - Bacaan Doa Selamat dan Sesi Fotografi
12.30 pm - Makan
18.00 pm - Bersurai

Alamat :
No. 12 Jalan Magnesium 7/106b, Seksyen 7, 40000, Shah Alam, Selangor Darul Ehsan.

No. utk dihubungi :
Nursyuhadah Alias +60176409599/0192890549
Alias Samsudin +60136906276
Luqman Hakim +60108960659

............................................................................................................

Pihak Lelaki :
Aturcara Majlis :

12.00 pm - Ketibaan Rombongan Pengantin Perempuan
12.15 pm - Bacaan Doa Selamat dan Sesi Fotografi
12.30 pm - Makan
18.00 pm - Bersurai

Alamat :
908, Kg. Tegayong, 16400, Melor, Kota Bharu, Kelantan.

No. untuk dihubungi :
Nik Mohd Abduh +60148084833
Nik Mhd Nor +60199927557
Hasanah Ibrahim +60199314602
Nik Mohd Aufa +60199231622

marilah sama-sama kita memeriahkan majlis walimah al-'urus ini dan mendoakan kebahagiaan kedua-dua mempelai..
Read more
1

كيف نتعامل مع الجماعة - 1


Intima’ Jama’i


هُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمِينَ مِنْ قَبْلُ وَفِي هَذَا لِيَكُونَ الرَّسُولُ شَهِيدًا عَلَيْكُمْ وَتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَءَاتُوا الزَّكَاةَ وَاعْتَصِمُوا بِاللَّهِ هُوَ مَوْلَاكُمْ فَنِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيرُ


“Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al-Qur'an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.” (Q.S. Al-Hajj: 78)

Mewujudkan intima jama’i tidak dengan cara permohonan untuk masuk sebagai anggota, bukan juga terwujud kerana menyertai program-program jama’ah dan menghadiri berbagai pertemuan sahaja. Esensi intima jama’i harus mencakupi dimensi yang melampaui batas-batas formaliti dan bentuk-bentuk lahiriyah. Sehingga komitmen terhadap jama’ah akan semakin memantapkan kedalaman iman, kekuatan intima kepada Islam dan intima kepada struktur (tanzhimi).

I. Ab’adul Intima (dimensi intima jama’i) -

- Bu’dun aqidi : Secara akidah seorang ikhwah harus intima terhadap perjalanan dan risalah Islam yang diembannya (intima mashiri wa risali). Akidahnya harus lurus dan benar-benar sesuai dengan tuntutan Al-Quran dan Sunah. Keterikatan ini akan melenyapkan ketergantungan pada faktor figur / peribadi terhadap orang tertentu yang menyebabkan aktiviti dakwah hanya termotivasi oleh faktor akidah, oleh intimanya dengan Islam dan oleh ketundukan pada perintah Allah. (Q.S. Al-Fath: 10). Intima kepada jama’ah berarti juga pengerahan seluruh kekuatan diri untuk dakwah, menundukkan kepentingan individual untuk kepentingan Islam, bukan sebaliknya. إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ (Sesungguhnya nilai amal perbuatan itu tergantung dari niat masing-masing).

- Bu’dun fikri (dimensi pemikiran) : Pemikiran ikhwah harus terikat dengan fikrah Islam secara total dan prinsip(Islami mabda wa ushuli). aktivi dakwah akan menjadi orang yang lain dari yang lain. Dari segi akhlak, pergaulan, pandangan dan pemikiran. Mereka harus hidup dalam kerangka nilai Islam total. Menyesuaikan diri dengan Islam dalam seluruh aspek kehidupan.

- Bu’dun tanzhimi (dimensi struktural) : Dua hal sebelum ini, mungkin saja dimiliki oleh seorang yang tidak intima' kepada jamaah. Sering kita mendapati seorang yang idealis, kuat Islamnya tetapi tidak memiliki bu’dun tanzhimi. Dimensi ini mengharuskan seorang ikhwah keluar dari jerat sikap ego dan individualisme, kemudian melebur dalam kepentingan jama’ah. Intimanya tidak temporal, terus intima' dengan apapun kondisi jama’i. Seorang raja dari kabilah Ghassan mencuba merayu Ka’ab bin Malik ra. Ketika diboikot oleh Rasulullah saw. dan para sahabatnya. Tapi surat rayuan itu justru dikeronyokkan dan dibakar.

- As-Sam’u wat tha’ah : timbangannya adalah ketika menerima tugas yang yukhalif mashalih fard (berlawanan dengan kepentingan peribadi). Inilah yang disebut husnul indhibath (disiplin yang baik). Taat dalam masalah yang memang sesuai selera dan kehendak itu biasa. Tetapi yang sulit bagaimana mengukuhkan taat dalam kondisi yang berlawanan dengan pendapat dan pandangan pribadi.

Wujud lain dalam husnul indhibath adalah bahwa iltizam tidak hanya dengan perintah, tapi hanya dengan isyarat sekalipun sudah paham. Lughatu dzaki wal hakim al-isyarah (Bahasa orang pandai cukup dengan isyarat). Innal labiba bil isyarati yafhamu (Sesungguhnya orang yang pandai itu paham dengan isyarat).

II. Muqtadhayatul intima’-

Wala aqidi, loyal terhadap akidah. Mewujudkannya melalui:

- Al-isti’la, terlepas dari ikatan-ikatan duniawi sebagaimana tersebut dalam surat At-Taubah: 24.

قُلْ إِنْ كَانَ ءَابَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ

“Katakanlah: "Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.”

Sebahagian ulama tafsir menjabarkan erti kata اءَابَاء bukan hanya bapa dalam hubungan keakraban, tetapi termasuk dalam erti ketua, bos, atasan dan lain sebagainya. Kata َأَبْنَاء juga bukan terbatas anak dalam keluarga, tetapi juga bawahan, anak buah dan sebagainya. Imam Syahid, pada suatu hari raya meninggalkan anaknya, Saiful Islam yang sedang menderita sakit demam untuk pergi menunaikan kewajiban dakwah. Isterinya sudah meminta beliau untuk menunda kepergiannya. Imam Syahid berlalu sambil melantunkan firman Allah surat

At-Taubah ayat 24.


Tajarrud (totalitas). Tajarrud bukan berarti tafarrugh (kosong dan meninggalkan semua aktiviti kecuali dakwah saja. Esensi ruang lingkup tajarrud tercakup dalam huraian berikut:

1. Tajaruud fikri atau mulazamatul fikrah. Ikatan pemikiran nilai Islam harus melekat total dalam diri ikhwah. Salah satu penyebab kehancuran umat adalah kerana mereka justru mengambil solusi hasil infiltrasi atau barang import dari sumber non-Islam, imitasi tidak original, bukan asli. Kerana palsu itu tidak tahan lama, seperti ginjal atau jantung yang dicangkukkan pada tubuh manusia. Meski tubuh menerima tapi paling hanya dalam jangka waktu yang pendek. Itupun dengan perasaan menderita atau penuh siksaan. Untuk kemudian lemah dan mati. Ikhwah adalah penyangga fikrah islamiyah yang bertanggung jawab menyebarkan dan mewariskan kepada generasi umat.


2. Tajarrud ruhi atau totalitas menjaga kebersihan hati dari segala keinginan yang kotor dan cinta-cita yang menyimpang. Ikhwah harus ikhlas dalam mengemban dan memperjuangkan fikrah Islam.


3. Al-insyighal bima tathlubuhud da’wah. Menyibukkan diri dengan segenap tuntutan dakwah. Dakwah menjadi obsesinya di setiap aktiviti.


4. Wadh’u nafsihi alatan fa’alah lid da’wah. Berupaya memfungsikan diri sebagai bagian yang bermanfaat bagi dakwah. Ikhwah harus berupaya menjadi anggota yang tidak tumpul, tetapi tajam, sehingga kebiasaannya dapat difungsikan untuk kepentingan dakwah. Menerima wazhifah, harus optimal .

5. Wadh’u nafsihi, usariyah am fardiyah fi mashlahatid dak’wah. Meletakkan diri, baik keluarga atau pribadi untuk kepentingan dakwah. Bekorban dengan segala sesuatu baik yang murah atau yang mahal. Tadhhiyah yang paling berat untuk kita sementara ini adalah mengorbankan waktu istirahat.


6. Syu’ur bil ma’uliyah ‘alad da’wah. Menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap dakwah. Masing-masing ikhwah harus merasakan bahwa dirinya adalah mas’ul. Sehingga tidak ada yang mengatakan bahwa satu bidang tertentu bukan urusan saya. Sa’id Hawa mengatakan bahawa bila jama’ah menderita kerugian dari satu orang, maka akibatnya akan menimpa seluruhnya. Kerana itu pembahagian tugas pun merupakan tanggung jawab bersama.


7. Ishlahu nafsihi wa da’watu ghairihi. Memperbaiki diri dan menyeru orang lain. Tingkat dai dapat mempengaruhi orang lain adalah sebagaimana ia dapat menguasai dirinya sendiri.

- Tha’atullah wa rasulihi

Ketaatan yang teratur dan disiplin, tidak tergantung keinginan. Beda taat dalam disiplin Islam dan thaghut. Taat dalam Islam dibangun di atas ilmu dan bashirah, bukan taat buta. Tingkat ketaatan seseorang sesuai dengan tingkat pemahaman dan wawasan. Setiap ikhwah harus berupaya menambah ilmu dan memperluas wawasan. Rasul saw. berdoa, “Rabbi zidni ‘ilma”. Taat pada Allah dan Rasul dapat dipelihara dan tercermin dalam amal jama’i. Dengan menumbuhkan sikap husnul jundiyah dan mas’uliyah. Sikap keprajuritan dan tanggung jawab yang baik. Rincian sikap ini adalah sebagai berikut:


1. As-Syu’ur bi annal ‘amala fii ayyi maufiqin ‘ibadah wa qurabah. Merasakan bahwa bagaimanapun pekerjaan dalam satu posisi bernilai ibadah dan pendekatan diri kepada Allah. Dalam posisi apapun, tanggung jawab yang diberikan harus dirasakan sebagai ibadah, sehingga bisa dilaksanakan dengan baik. Seorang ikhwah pernah dipenjara puluhan tahun, ia menyadari bahwa kondisinya saat itu adalah dalam rangka dakwah dan taqarrub, maka dalam rentang waktu itu ia menghafal Al-Quran, berkebun dan hasil kebun ikhwah di penjara dapat meringankan krisis ekonomi di Mesir saat itu.


2. Dawamul isti’dad. Selalu siap siaga. Rumah amilin adalah ibarat barak-barak dakwah. Kapan pun diseru, mereka segera bangkit dari barak dan siap melakukan tugas. Sahabat Hanzhalah mendapat julukan ghasilul malaikah (yang dimandikan malaikat), lantaran saat mobilisasi jihad diumumkan ia masih bersama istri barunya kemudian berangkat jihad dan syahid dalam kondisi junub. Sekarang tubuhnya didapati basah oleh para malaikat.


3. Taqdirul mas’ul ramzan lil wahdati wal quwwah. Menghormati mas’ul sebagai simbol persatuan dan kekuatan. Memelihara sikap hormat terhadap mas’ul dan semua rekan dakwah. Dalam satu peperangan, satu orang prajurit kehilangan tempat airnya. Melihat hal tersebut seluruh pasukan sibuk mencarikan tempat air itu di sungai. Musuh kaget menyaksikan persatuan yang demikian kokoh. Temannya kehilangan tempat air saja demikian, apalagi bila temannya terbunuh. Pernah pula ada seorang ikhwah yang ditunjuk sebagai mas’ul merasa ada bawahannya yang lebih pandai dari dirinya. Ia meminta agar ikhwah yang lebih pandailah yang lebih layak menjabat sebagai mas’ul, namun ikhwah tersebut menolak. Ketika masalah ini sampai kepada Imam Syahid, beliau mengatakan, “Tetaplah Anda pada posisi mas’ul, kalau Anda berbuat salah nanti orang tersebut yang akan membenarkan Anda.” Coba kalau dia menjadi mas’ul lalu melakukan kesalahan siapa yang akan membetulkannya?


4. I’tibar mauqi’ihi tsughratan bin tsugharil Islam. Menganggap posisinya adalah salah satu sari perbatasan Islam secara keseluruhan yang harus dipertahankan. Ringkasnya menanamkan rasa tanggung jawab yang dalam terhadap keberadaan diri di mana saja. Jangan sampai Islam mendapat keburukan dari posisinya. Pekerjaannya bagaimanapun harus bermanfaat atau bila ihmal (menyepelekan) bererti kerugian bagi Islam.

-Ta’awun

Ta’awun dapat terwujud dengan sikap-sikap:

1. Takaful, saling menanggung beban kolektif antara qiyadah dan junud (prajurit). Tak ada potensi yang dianggap kecil dan diremehkan.

2. Tarahum. Sikap ini juga perlu ditumbuhkan. Pemisahan sikap seorang muslim dengan muslim yang lain, seperti satu tubuh. Bila ada anggota yang sakit, maka seluruh tubuh gelisah dan tak dapat tidur. Setiap ikhwah harus mengetahui dan menyadari tugas dan kewajiban ikhwah lainnya. Jadi tidak ada yang merasa beban tertumpuk pada dirinya saja. Perasaan seperti ini penting, kata Sayyid Quthb, orang yang merasakan kebersamaan dalam shaff akan terbebas dari beban-beban batin. Merasakan bahwa alam semesta itu adalah junud, semua alam membantu.

3. Talahum, sedarah sedaging.

Ketiga unsur sikap ini dilakukan dalam rangka ada’ul wajib (pelaksanaan kewajiban) dan takhfiful a’ba (meringankan beban) sesama ikhwah.


-Tanashuh. Agama itu tegak dengan nasihat. Yang paling perlukan nasihat adalah yang berada dalam posisi mas’ulin. Dalam hadits dikatakan, An-nashihah li aimmatil muslimin wa ‘ammatihim. Semua ikhwah adalah mas’ul, sebab dampak kesalahan mas’ulin akan menyeluruh. Untuk proses tanashuh memerlukan:

1. Al-Ikhlash mutabadil, keikhlasan dari dua belah pihak. Dalam sebuah hadis disebutkan,

الدِّينُ النَّصِيحَةُ قُلْنَا لِمَنْ قَالَ لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ

“Agama adalah nasihat. Kami bertanya (para sahabat), “Untuk siapa? Beliau bersabda, “Untuk Allah, kitab-Nya, rasul-Nya dan pemimpin kaum muslimin dan orang-orang awam.” Tunaikan nasihat dengan cara yang paling baik dan terimalah seluruhnya. Khalifah Umar pernah ditegur oleh rakyatnya, “Ya Umar ittaqillah”. Umar berkata, “Laa khaira fiikum An la taquluha wala khaira fiina in lan nasma’ha. (Tidak ada kebaikan bila kalian tidak mengatakan hal ini dan tidak ada kebaikan bila kami tidak mau mendengarnya). Memberi nasihat juga harus dengan hikmah (bijak), maksudnya diatur bahasa penyampaiannya, dipilih waktunya, lihat salurannya atau jalurnya, barangkali lebih tepat disampaikan lewat si A.

2. Sirriyah. Nasihat juga baiknya disampaikan tidak vulgar di depan orang lain. Kata seorang ulama, “man wa’azha akhahu sirriyah faqad nahahahu wa zanahu wa man wa’azha ‘alaniyah faqad fadhahahu wa syanahu.“ (Siapa yang menasihati saudaranya dengan rahasia, ia sungguh telah menasihatinya dan siapa yang menasihati di depan khalayak bererti ia menghina dan mencacinya). Memberi nasihat juga tidak harus segera. Bisa dengan didiamkan dahulu, mungkin sahaja orang tersebut akan menyedari kesalahannya sendiri. Seperti orang yang diubati sendiri.

- Tabadul hubbi fillah

1. Itsar. Saling menjalin rasa cinta karena Allah. Perwujudannya yang paling tinggi adalah itsar. Menurut Iman Ghazali dikutip oleh Sa’id Hawa bahwa itsar itu ada tiga tingkatan. Yang paling rendah adalah menganggap hak saudara kita sebagaimana hak budak, kalau ada lebihan itu haknya. Kedua adalah menganggapnya sederajat dan sama dengan dirinya sendiri. Memenuhi kebutuhan ikhwah sebagaimana memenuhi kebutuhan sendiri. Dan ketiga yang paling tinggi adalah menempatkan kepentingan saudara kita di atas kepentingan sendiri. Seperti yang terjadi dalam perang Tabuk. Tiga sahabat meninggal kehausan karena mementingkan saudaranya. Ini sulit sekali, tapi inilah bentuk persaudaraan yang dilakukan Rasulullah saw. di Madinah. Dalam perang, masing-masing ikhwah ingin menggantikan saudaranya. Ada ikhwah yang telah berkeluarga dijatuhi hukuman mati, ikhwah yang masih bujang ingin menggantikannya. Alasannya bila ia mati, ia tidak meninggalkan siap-siapa, sedangkan bila ikhwah yang telah berkeluarga mati, ia nanti akan meninggalkan istri dan anak-anak yang perlu dipelihara.

2. I’tibarul akh aula min nafsihi. Menganggap ikhwah lebih tinggi kepentingannya dari dirinya. Ini termasuk dalam tingkat itsar yang paling tinggi.


3. Salamatus shadr. Menurut Imam Ghazali bahwa tingkatan ini adalah tingkat terendah bentuk cinta kerana Allah. Abdullah bin Umar bin ash dijamin masuk surga kerana menjelang tidur tidak pernah menyimpan masalah dengan kaum mukminin. Wala taj’al fi qulubina ghillan lillazdina amanu. Ghill di sini ertinya adalah ganjalan dalam hati yang belum diungkapkan. Sesama ikhwah harus memelihara perasaan, lapang dada, tidak mudah tersinggung, mudah memaafkan dan toleran. Yang didahulukan harus husnuz zhann (baik sangka). Mungkin saja bila saya yang berada dalam posisi yang sama sepertinya, saya juga akan berbuat serupa. Kalau ingin minum air yang sama sekali tidak mengandung kotoran, maka orang akan mati kehausan. Orang yang ingin mencari teman tanpa kesalahan sama sekali juga tidak akan mendapatkan teman.

Wallahu a’lam
Read more
0

Sombong, Ujub dan Kibr




ini merupakan nasihat buat diri ini dan juga semua yang membaca tulisan ini..semoga bermanfaat dan beroleh hidayah...

Allah Taala berfirman:

كَذَلِكَ يَطْبَعُ اللهُ عَلَى كُلِّ قَلْبِ مُتَكَبِّرٍ جَبَّارٍ
“Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenangnya.” (Ghafir: 35)

الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
“Sombong itu adalah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain.” (HR. Muslim dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu berkata: “Kerana faktor-faktor inilah, orang-orang Yahudi terus-menerus di atas kebatilannya. Yaitu kerana apa yang ada dalam hati-hati mereka seperti kesombongan, kedengkian, keras kepala, dan tabiat-tabiat jelek lainnya.” (Naqdhul Manthiq, hal. 27)

Dengan hal inilah kita mendapatkan kejelasan bahwa kesombongan itu adalah salah satu penghalang untuk menerima kebenaran. Demikian juga apabila kesombongan itu telah memenuhi hatinya, akan menjadikan pemiliknya menganggap dirinya tinggi dan sempurna, sehingga merasa tidak memerlukan orang lain. Hal ini juga akan menghalanginya dari evaluasi dan introspeksi diri, barangkali yang keliru adalah dirinya. Inilah keadaan orang-orang yang mengikuti hawa nafsu.

Ibnul Jauzi rahimahullahu berkata: “Orang yang sombong adalah orang yang menganggap dirinya lebih tinggi daripada orang lain (dalam segala perkara).” (At-Tabashshurah, 2/222)

Al-Imam Asy-Syathibi rahimahullahu berkata: “Orang-orang yang telah menjadikan hawa nafsunya sebagai hakim bagi dirinya, maka mereka tidak akan memedulikan apapun. Mereka tidak akan memperhitungkan hal-hal yang menyelisihi pendapatnya sama sekali. Mereka juga tidak mahu introspeksi diri atau mengevaluasi pandangan-pandangannya. Tidak sebagaimana sikap orang-orang yang berusaha mencurigai dirinya sendiri (barangkali kesalahan ada di pihaknya), dan akan berhenti tatkala menimbulkan suatu permasalahan (padahal inilah sikap orang-orang yang berakal).” (Al-I’tisham, 2/269)

Orang-orang yang mengikuti kebenaran adalah orang-orang yang tawadhu’. Orang-orang yang senantiasa mengintrospeksi dirinya adalah orang-orang yang gigih mencari dan menuntut kebenaran. Oleh karena itu, mereka tidaklah enggan untuk mengevaluasi pendapatnya. Tidak enggan pula untuk menuntut hakikat kebenaran dari suatu permasalahan. Lebih-lebih pada hal-hal yang menimbulkan masalah.

Asy-Syaikh Muhammad Al-Imam berkata: “Sungguh aku telah mendengar Asy-Syaikh Muqbil lebih dari sekali berkata: ‘Demi Allah, kami tidak mengkhawatirkan dakwah ini, kecuali dari diri-diri kami.’ Aku (Asy-Syaikh Muhammad Al-Imam) katakan: Demi Allah, sungguh Asy-Syaikh Muqbil rahimahullahu memiliki firasat yang tepat, di mana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membuka khutbahnya dengan ucapan:

وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا

“Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan jiwa kami dan dari kejelekan amalan kami.”
Maka, jiwa kita, apapun kebaikan yang ada padanya, mesti terdapat kekurangan atau kejelekan.” (At-Tanbihul Hasan, hal. 68-69)

semoga nasihat ini bermanfaat untuk semua..
Read more
0

sang murabbi..~




video ini didedikasikan buat ust qamarussalam..sang murabbi..~
www.muntalaq.wordpress.com
Read more
0

جماعات من المسلمين لا جماعة المسلمين


فضيلة العلامة الدكتور يوسف القرضاوي

هناك على النقيض من هذه الفكرة فكرة أخرى: ترى العمل الجماعي فريضة، وتحصر هذه الفريضة في جماعة معينة ترى أنها وحدها تمثل الحق الخالص، وما سواها هو الباطل: (فَمَاذَا بَعْدَ الْحَقِّ إِلاَّ الضَّلاَلُ فَأَنَّى تُصْرَفُونَ). (يونس: 32)


Di sana ada pertentangan dengan fikrah ini (mengharamkan ‘Amal Jama’ie secara haraki) iaitu fikrah yang menyatakan: “Amal Jamai’e itu suatu kefardhuan dan kefardhuan (Amal Jama’i) tersebut hanya terbatas kepada sesuatu jemaah tertentu sahaja. Jemaah itu melihat hanya ia satu-satunya merupakan kebenaran yang mutlak sedangkan jemaah-jemaah (Islam) yang lain adalah batil. Bagai firman Allah s.w.t. yang bermaksud: “.....Maka apakah lagi setelah kebenaran melainkan kesesatan...."

Surah Yunus: 32


وبعبارة أخرى تصف هذه الفـئة نفسـها بأنـها "جماعة المسـلمين"، وليـست مجـرد "جماعة من المسلمين" وما دامت هي جماعة المسلمين فكل من فارقها فقد فارق الجماعة، وكل من لم يدخل فيها، فليس في جماعة المسلمين! وكل ما جاء من أحاديث عن (الجماعة) ولزوم "الجماعة"، ومفارقة "الجماعة" تنزل على جماعتها.وهذا النوع من الاستدلال، وتنزيل النصوص على غير ما جاءت له، باب شر على الأمة؛ لأنه يضع الأدلة في غير مواضعها


Dalam ungkapan lain, golongan ini menyifatkan diri mereka sahaja sebagai Jemaah Muslimin, bukannya sekadar salah satu jemaah daripada umat Islam. Selagimana golongan tersebutlah satu-satunya jemaah muslimin (yang perlu disertai oleh seluruh umat Islam), maka sesiapa sahaja yang tidak menyertainya bererti telah berpisah daripada Al-Jamaah (sedangkan al-jamaah yang dimaksudkan dalam hadith-hadith Nabi SAW adalah kelompok umat Islam ). Maksudnya, sesiapa yang tidak menyertai jemaah tersebut, maka tidak menyertai Jemaah Muslimin keseluruhannya. Adapun (bagi mereka)semua hadith-hadith yang berkaitan tentang Al-Jamaah atau kepentingan menyertai Al-Jamaah dan berpisah dari al-Jamaah berkaitan dengan Jemaahnya (golongan tersebut sahaja). Jenis pendalilan sebegini dan meletakkan nas-nas bukan pada konteks asalnya merupakan pintu keburukan dalam Umat Islam kerana meletakkan dalil-dalil bukan pada tempatnya.

ومن هؤلاء من يجعل الحق مع جماعته أو حزبه دون غيره، لمبررات موضوعية يسبغها على حزبه أو جماعته وحدها، وينفيها عمن سواها.وكثيرًا ما يضع بعضهم أوصافًا فكرية وعملية، عقدية وخلقية، يحدد بها "جماعة الحق" أو "حزب الحق" لتنطبق على جماعته دون غيرها، وهذا نوع من التكلف والتعسف لا يقبله منطق العلم.وثمة آخرون يجعلون التقدم الزمني هو المعيار الأوحد، فمن سبق غيره فهو الجدير بأن يكون هو صاحب الحق، أو محتكر الحق والحقيقة


Ada dari kalangan mereka yang menjadikan kebenaran hanya bersama jemaahnya sahaja atau dalam parti (kumpulan) mereka sahaja, tidak pada jemaah-jemaah yang lain untuk tujuan pembenaran yang dikembangkan (disempurnakan) ke atas kelompok atau jemaahnya sendiri lalu menafikannya daripada jemaah atau kumpulan yang lain daripada kumpulannya..

Sebahagian mereka banyak membentuk sifat-sifat samada ianya dalam bentuk fikrah mahupun praktikal, samada dalam bentuk pegangan mahupun tingkah-laku, yang mana mereka membataskan dengannya (pembentukan sifat-sifat sesuatu kumpulan tersebut dari sudut fikrah, praktikal, pegangan mahupun tingkah laku tersebut) kepada (konsep) Jamaah Al-Haq (satu-satunya jemaah yang benar dalam memahami amal jama’ie yang dimaksudkan oleh Islam) atau Hizb Al-Haq (kumpulan yang benar) agar ianya (konsep satu-satunya jemaah yang benar) dapat diterapkan hanya kepada jemaahnya sahaja, bukan pada jemaah yang lain. Ia merupakan suatu takalluf (pembebanan) dan penyalahgunaan yang tidak dapat diterima oleh logika ilmu itu sendiri. Sebahagian pihak yang lain pula bersifat menjadikan Taqaddum Zamani (dahulunya tempoh masa) sebagai suatu ukuran yang tunggal iaitu, siapa sahaja yang mendahului yang lain (atau jemaah mana yang dibentuk lebih awal) maka dialah pemilik kebenaran atau pihak yang sepatutnya memonopoli kebenaran dan hakikat

حتى زعم بعض الأحزاب في بعض البلاد الإسلامية أنه وحده يمثل الحق؛ لأنه الحزب الأول الذي أخذ زمام المبادرة، وكل حزب يشكل بعد ذلك يجب أن يلغي نفسه، ولا حق له في البقاء؛ لأن قبول الجماهير له بمثابة المبايعة له، وفي الحديث: "إذا بويع لخليفتين، فاقتلوا الآخر منهما".(رواه أحمد ومسلم عن أبي سعيد كما في صحيح الجامع الصغير 421)

Sehingga sebahagian kumpulan di sesetengah negara Islam menyangka bahawasanya kumpulan mereka sahaja mewakili kebenaran kerana ianya merupakan kumpulan pertama yang mengawal inisiatif (dalam amal jama’ie) sedangkan setiap kumpulan yang dibentuk setelah itu perlu membuang diri mereka dan tidak ada hak untuk kekal (tidak boleh diwujudkan) kerana penerimaan majoriti kepadanya (jemaah yang awal) seumpama suatu bai’ah (khilafah) bagi jemaah tersebut sebagaimana yang dimaksudkan dalam hadith: “Jika diberi bai’ah kepada dua khalifah, maka perangilah yang terakhir daripada kedua-duanya” [hadith riwayat Imam Ahmad dan Imam Muslim

إن هذه الفتاوى الجاهلة الجريئة من أناس لم ترسخ أقدامهم في علوم الشريعة. هي التي تورد الأمة شر الموارد، وتوقعها في شر المهالك. ولقد قال بعض الفقهاء في العصور الماضية حين رأى فتاوى بعض من ينتسبون إلى العلم: لبعض من يفتي الناس اليوم أحق بالسجن من السرّاق! وذلك لأن السراق يفسدون دنيا الناس، وهؤلاء يفسدون عليهم دينهم.فكيف لو رأى أولئك الفقهاء ما نقرؤه أو نسمع من فتاوى زماننا؟ ولا حول ولا قوة إلا بالله.

Inilah fatwa-fatwa jahil lagi bersifat cabang yang lahir dariapda manusia yang tidak menguasai ilmu syariah secukupnya. Fatwa sebeginilah yang membawa umat Islam kepada jalan kebinasaan dan meletakkannya dalam kecelakaan. Oleh kerana itu, telah berkata sebahagian Fuqaha’ pada masa-masa terdahulu ketika melihat fatwa-fatwa sesetengah orang yang mengaku-ngaku sebagai ahli ilmu: “Sebahagian daripada mereka yang memberi fatwa kepada manusia awam itu, lebih berhak dimasukkan ke dalam penjara berbanding pencuri-pencuri kerana para pencuri merosakkan dunia manusia sedangkan mereka (orang jahil yang berfatwa) merosakkan agama manusia.

Bagaiamana kalau para fuqaha’ tersebut melihat apa yang kita baca atau kita dengar tentang fatwa-fatwa pada zaman kita pula?

ولا حول ولا قوة إلا بالله



Oleh Abu Urwah (Shaari Sungip - ex pres JIM)

Dari barisan usrah
Dan dari umbi tarbiyyah
Muncullah sinaran fikrah
Islah terus meniti masa

Dari dewan selesa ke jalanan yang berhaba
Pejuang keadilan dan penjulang kebenaran
Bersama Islam membina ummah
Usaha daulatkan syariah
Agar hidup penuh barakah

Di dalam sedih dan ketawa
Di dalam susah dan mewah
Tetap teguh iman dan takwa

Sehati sejiwa
Dulu kini selamanya
Walau apa yg melanda hadapi bersama

Ya Allah ya Rabbi
Teguhkan iman kami
Moga tabah hati tak berbelah bagi

Berbekalkan Islam membina masyarakat
Mengukuh umat insan sejagat
Setiap mehnah pastinya ada hikmah
Berbaik sangka pada yang Esa

Rasulullah contoh ikutan
Prinsip syura jadikan amalan
Korban masa tenaga kita
Dan fikiran perkasakan maruah kita


Read more
0

Surat Dari Mursyidul Am Lil Ikhwan ke-8

فضيلة الأستاذ الدكتور محمد بديع

بسم الله الرحمن الرحيم

الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه ومن والاه.. وبعد؛
أيها السادة الأعزاء.. الإخوة الكرام والأخوات الفضليات
أحييكم بتحية الإسلام العظيم فالسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
شاءت إرادة الله عز وجل أن أتحمل هذه المسئولية الجسيمة، على غير تطلع مني، ولا تميز أو فضل لي؛ لكنه تقدير الله والتكليف الذي لا
أملك معه غير النزول عنده، مستعينًا بالله، ومستلهمًا منه التوفيق، وواثقًا من معونتكم ومساندتكم؛ لتحقيق الأهداف السامية التي نذرنا أنفسنا وجهودنا لأجلها ابتغاء فضل الله ورضوانه.

...................................................


In the name of Allah, the Most Merciful, the Most Compassionate
Praise be to Allah and Blessing on His messenger, companions and followers
Dear Brothers and Sisters,

I greet you with the Islamic greeting; Peace be upon you and God’s mercy and blessings

It is the will of Allah that I undertake this huge responsibility which Allah has chosen for me and a request from the MB Movement which I respond to with the support of Allah. With the support of my Muslim Brothers I look forward to achieving the great goals, we devoted ourselves to, solely for the sake of Allah.

sila baca sendiri di : http://www.ikhwanweb.net/article.php?id=22665
Read more
1

Anak Saudaraku Yang Ke-2

Wafa Sakeenah Bt. Nik Mohd Aufa


semoga kau membesar sebagai seorang pejuang seperti ibu dan ayahmu..
Read more